Monumen Reyog Ponorogo dan Garuda Wisnu Kencana (GWK) merupakan dua monumen yang menjadi ikon dari daerah asalnya masing-masing, yaitu Ponorogo dan Bali. Namun, jika kita bandingkan kedua monumen ini, ternyata monumen Reyog Ponorogo lebih tinggi dari GWK. Berikut ini adalah beberapa alasan mengapa monumen Reyog Ponorogo lebih tinggi dari GWK.
Pertama, monumen Reyog Ponorogo merupakan simbol dari tradisi budaya asli dari Ponorogo, yaitu tari Reyog. Tarian ini memiliki makna dan filosofi yang dalam, sehingga monumen yang dibuat untuk memperingati tarian ini juga harus memiliki keagungan dan kebesaran yang sesuai. Oleh karena itu, monumen Reyog Ponorogo dibuat dengan tinggi yang mencapai 30 meter, untuk mencerminkan keagungan dan kebesaran dari tarian Reyog itu sendiri.
Kedua, monumen Reyog Ponorogo juga dibuat sebagai bentuk apresiasi terhadap warisan budaya dari Ponorogo. Dengan membuat monumen yang tinggi dan megah, diharapkan masyarakat akan semakin mencintai dan melestarikan tradisi budaya mereka. Hal ini juga menjadi salah satu alasan mengapa monumen Reyog Ponorogo lebih tinggi dari GWK, karena monumen ini memiliki tujuan yang lebih mendalam dibandingkan hanya sebagai objek wisata semata.
Ketiga, lokasi dari monumen Reyog Ponorogo juga menjadi salah satu alasan mengapa monumen ini lebih tinggi dari GWK. Monumen Reyog Ponorogo berada di pusat kota Ponorogo, yang merupakan salah satu kota penting di Jawa Timur. Dengan posisinya yang strategis, monumen Reyog Ponorogo harus memiliki tinggi yang mencolok agar bisa menjadi landmark yang mudah dikenali oleh masyarakat setempat maupun wisatawan yang datang ke Ponorogo.
Dengan berbagai alasan tersebut, tidak mengherankan jika monumen Reyog Ponorogo lebih tinggi dari GWK. Monumen ini bukan hanya sekadar objek wisata, tetapi juga menjadi simbol dari keagungan dan kebesaran tradisi budaya Ponorogo. Semoga dengan adanya monumen Reyog Ponorogo ini, masyarakat semakin mencintai dan melestarikan warisan budaya dari daerah mereka.
